Rabu, 04 Juli 2012

DESKRIPSI MORFOLOGI POHON BIDARA


Deskripsi
Kandungan Hasil analisis di India (angka, pertama) dan di Thailand (dalam kurung) merupakan komposisi per 100 g bagian yang dapat dimakan: air 86 (71,5) g, protein 0,8 (0,7) g; lemak 0,1 (1,7) g; karbohidrat 12,8 (23,7) g; Ca 30 (30) m, P 30 (30) mg, vitamin A 70 (50) SI, vitamin C 50-150 (23) mg. Nilai energinya 230 (470) kJ/100 g. Deskripsi Berperawakan pohon atau perdu yang menyemak, tingginya mencapai kira-kira 15 m, tumbuh tegak atau menyebar dengan cabang-cabangnya yang menjuntai; letak rantingnya simpangsiur, berbulu kempa; penumpunya berduri, menyendiri dan lurus (berukuran 5-7 mm) atau berbentuk dimorfik berpasangan, cabang yang kedua lebih pendek dan melengkung, duri kadang-kadang tidak ada; pohonnya selalu hijau atau setengah meranggas. Daunnya tunggal, letaknya berselang-seling, berbentuk bundartelur-jorong sampai bundar-telur-lonjong, berukuran (2-9) cm x (1,5-5) cm, tepinya sedikit beringgit atau rata, berkilap dan tak berbulu pada lembaran sebelah atasnya, berbulu kempa yang rapat, berwarna putih pada lembaran sebelah bawahnya, dengan 3 tulang daun membujur yang nyata; tangkai daunnya 8-15 mm panjangnya. Perbungaannya muncul dari ketiak daun, berbentuk payung menggarpu, panjangnya 1-2 cm, tersusun atas 7-20 kuntum bunga; gagang perbungaan panjangnya 2-3 mm; bunganya berdiameter 2-3 mm, berwarna kekuningan, sedikit harum, gagang bunganya 3-8 mm panjangnya; daun kelopaknya bercuping 5, berbentuk delta, bagian luarnya berambut, bagian dalamnya gundul; daun mahkota 5 helai, sedikit berbentuk sudip yang cekung, terlentik; benang sarinya 5 utas; bakal buahnya beruang 2, tangkai putiknya bercabang dua, cakramnya bercuping 10 atau beralur-alur. Buahnya bertipe buah batu, berbentuk bulat sampai bulat telur, dapat mencapai ukuran 6 cm x 4 cm untuk yang dibudidayakan, dan umumnya jauh lebih kecil untuk yang liar; kulit buahnya halus atau kasar, berkilap, tipis tetapi liat, berwarna kekuningan sampai kemerahan atau kehitaman; daging buahnya berwarna putih, mengeripik (crisp), banyak mengandung sari buah, rasanya agak asam sampai manis, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Bijinya terletak dalam batok yang berbenjol dan beralur tidak beraturan, yang berisi 1-2 inti biji yang berwarna coklat.
Manfaat
Buah bidara dari kultivar unggul dapat dimakan dalam keadaan segar, atau diperas menjadi minuman penyegar, juga dikeringawetkan, atau dibuat manisan. Di Asia Tenggara, buah yang belum matang dimakan bergara,m. Pernah dilaporkan bahwa buah bidara juga direbus dan menghasilkan sirop. Di Indonesia, daun mudanya diolah sebagai sayuran; daun-daunnya dapat pula dijadikan pakan. Di India, pohon bidara merupakan salah satu dari beberapa jenis tanaman yang digunakan untuk pemeliharaan serangga lak; ranting-ranting yang terbungkus oleh sekresi serangga itu dipungut untuk diproses menjadi sirlak. Kulit kayu dan buahnya menghasilkan bahan pewarna. Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama, dan digunakan sebagai kayu bubut, alat rumah tangga, dan alat-alat lain. Buah, biji, daun, kulit kayu, dan akarnya berkhasiat obat, terutama untuk membantu pencernaan dan sebagai tapal untuk luka. Di Jawa, misalnya, kulit kayunya digunakan untuk menyembuhkan gangguan pencernaan, sedangkan di Malaysia bubur kulit kayunya dapat dimanfaatkan untuk obat sakit perut.
Syarat Tumbuh
Bidara merupakan tumbuhan yang bandel, yang dapat mengatasi suhu ekstrem dan mampu bertahan hidup pada lingkungan yang agak kering. Kualitas buahnya akan paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang panas, di udara terbuka dan kering, tetapi hendaknya ada musim hujan untuk mendukung pertumbuhan perpanjangan dan pembungaannya, dan idealnya tanahnya memiliki cukup kelembapan sits untuk mematangkan buahnya. Jika terjadi cuaca yang buruk, pohon bidara ini akan menjadi do an. Pada habitat alaminya, curah hujan tahunannya berkisar antara 12 5 mm dan di atas 2.000 m ; suatu penelitian di India menunjukkan bahwa b berapa kultivar akan tumbuh cukup balk pada cura hujan serendah 300-400 mm per tahun. Suhu maksimumnya adalah 37-48° C, dan suhu minimumn 7-13° C, tetapi pohon bidara masih tahan terhadap embun beku yang ringan. Kisaran ketinggian tempat tumbuhnya ialah antara tepi pantai sampai kira-kira 1000 m dpl. Bidara menghendaki tanah yang cukup ringan dan dalam, tetapi pohonnya dapat pula tumbuh di lahan marginal, tanah basa, tanah asin atau sedikit asam, baik tanah ringan maupun berat, rentan terhadap kekeringan atau kadang-kadang tergenang.
Pedoman Budidaya
Walaupun hampir semua pohon bidara yang dipelihara diperbanyak dengan benih, perbanyakan vegetatif makin banyak dipraktekkan, karena itulah satu-satunya cara untuk memperoleh pohon yang sifatnya sama dengan induknya. Pohonnya dapat diperbanyak melalui setek atau cangkok, tetapi penempelan atau penyambunganlah yang lebih sering dilakukan. Anakan atau benih yang seringkali diambil dari jenis-jenis Ziziphus liar yang selalu tersedia di alam, dimanfaatkan sebagai batang bawah. Masa pertumbuhan vegetatif merupakan saat untuk melaksanakan penempelan: tempelan bentuk T atau penempelan cincin merupakan cara yang dianjurkan. Penyambungan pecut (whip grafting) merupakan cara penyambungan yang dianjurkan, tetapi penyambungan penyusuan (suckle grafting), yaitu salah satu pelengkungan, sangat disukai di Thailand. Dl Asia Tenggara, jarak tanam 5-6 m dianggap perlu, tetapi di India umumnya berjarak tanam 8-9 m. Mengingat gangguan terhadap akar tunggang mungkin fatal, kadang-kadang dianjurkan untuk menyemai benih, lalu mengadakan penempelan atau penyambungan semai di tempatnya. Alternatif lainnya ialah menanam benih pada keranjang anyaman kawat yang ceper yang diletakkan di permukaan tanah, untuk memaksa pertumbuhan awal akar-akar lateralnya di lingkungan yang balk, yang diusahakan di persemaian. Mengingat adanya masalah keserasian, dianjurkan untuk melaksanakan penanaman campuran 3 kultivar.
Pemeliharaan
Pohon bidara yang masih muda diikatkan pada tonggak, Ialu dilakukan pemangkasan untuk memperoleh 4 atau 5 cabang penyangga yang bentuknya balk, yang segera mengisi ruangan yang tersedia; tumpang sari hanya dapat dilakukan 2 atau 3 tahun saja. Pohon asal klon dapat berbuah pada tahun kedua dan dapat menghasilkan buah yang memadai pada tahun keempat. Pohonnya terutama akan mengeluarkan bunga dari pucuk pucuk -baru, dan hendaknya dipangkas untuk meyakinkan bahwa pucuk-pucuk ini memiliki kesuburan yang memadai untuk menghasilkan buah yang berukuran baik dengan kualitas yang baik pula. Dl India, pohon bidara berbuah lebat dan teratur, oleh karena itu cabang-cabang penghasil buah akan cepat sekali menjadi tua, sehingga lambat-laun harus segera dipangkas; tindakan ini juga menghindari terlalu rapatnya tajuk pohon dan mendorong kesuburan pucuk. Saat yang paling baik untuk pemangkasan ialah setelah panen, terutama jika pohon itu meluruhkan daun-daunnya, seperti terjadi di India. Di India, petani bidara memupuk dengan pupuk kandang setelah pertumbuhan vegetatif berlangsung, dan pupuk nitrogen diberikan sebagai pupuk pelengkap pada saat pembentukan buah. Tanaman yang sedang berbuah tidak boleh mengalami kekurangan air, dan walaupun pohon bidara berakar dalam sekali, kebun buah bidara ini dipelihara bersih dan diberikan pengairan teknis jika hujan musim muson tidak mencukupi.
Hama dan Penyakit
Lalat buah merupakan penyebab utama kerusakan tanaman bidara, sayangnya serangga ini mempunyai kesenangan pada kultivar yang sama dengan yang disenangi orang. Kerusakan oleh serangga penggerek buah, ulat pemakan daun, 'weevils', kutu loncat, dan kutu bubuk juga telah dilaporkan. Penyakit embun tepung dapat menjadi demikian berbahaya, yang dapat menggugurkan daun dan bakal-bakal buah, namun penyakit ini telah dapat dikendalikan dengan baik. Penyakitpenyakit yang kurang berbahaya adalah busuk coklat dan bercak daun.
Panen dan Pasca Panen
Panen Buah-buah bidara tidak dapat matang serentak, jadi diperlukan pemetikan 4 kali atau lebih untuk menuntaskan panen. Buah yang diambil masih mentah akan menjadi berbau tidak enak, kecuali jika matang benar, dan buah yang terlalu matang akan kehilangan daya tarik warnanya dan teksturnya akan keriput. Di Thailand, buah bidara tersedia di pasaran dari bulan Agustus sampai Februari; di Filipina, musim buah jatuh dari bulan November sampai Februari. Penanganan pasca panen Buah bidara tidak mudah rusak, dapat ditangani dengan balk dan daya tahan tumpuknya sekitar satu minggu. Penyimpanan suhu dingin dapat memperpanjang musim pemasokan buah selama 1 bulan atau Iebih.


Pengenalan
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/9d/Zizip_maurit_110717-16064_LF_sntong.jpg/180px-Zizip_maurit_110717-16064_LF_sntong.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Daun dan perbungaan
Perdu atau pohon kecil, biasanya bengkok, tinggi hingga 15 m dan gemang batang hingga 40 cm. Cabang-cabang menyebar dan acap menjuntai, dengan ranting-ranting tumbuh simpang siur dan berambut pendek. Selalu hijau atau semi menggugurkan daun.[2]
Daun-daun penumpu berupa duri, sendirian dan lurus (5–7 mm), atau berbentuk pasangan dimorfis, di mana yang kedua lebih pendek dan melengkung, kadang-kadang tanpa duri.[2]
Daun-daun tunggal terletak berseling. Helai daun bundar telur menjorong atau jorong lonjong, 2–9 cm x 1.5–5 cm; bertepi rata atau sedikit menginggit; gundul dan mengkilap di sisi atas, dan rapat berambut kempa keputihan di sisi bawahnya; dengan tiga tulang daun utama yang nampak jelas membujur sejajar; bertangkai pendek 8–15 mm.[2]
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/8f/Zizip_maurit_110717-16070_Fl_sntong.jpg/180px-Zizip_maurit_110717-16070_Fl_sntong.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Perbungaan (close up)
Perbungaan berbentuk payung menggarpu tumbuh di ketiak daun, panjang 1–2 cm, berisi 7–20 kuntum. Bunga-bunga berukuran kecil, bergaris tengah antara 2–3 mm, kekuningan, sedikit harum, bertangkai 3–8 mm; kelopak bertaju 5 bentuk delta (menyegitiga), berambut di luarnya dan gundul di sisi dalam; mahkota 5, agak seperti sudip, cekung dan melengkung.[2]
Buah batu berbentuk bulat hingga bulat telur, hingga 6 cm × 4 cm pada kultivar-kultivar yang dibudidayakan, namun kebanyakan berukuran jauh lebih kecil pada pohon-pohon yang meliar; berkulit halus atau kasar, mengkilap, tipis namun liat, kekuningan, kemerahan hingga kehitaman jika masak; daging buahnya putih, mengeripik, dengan banyak sari buah yang agak masam hingga manis rasanya, menjadi menepung pada buah yang matang penuh. Biji terlindung dalam tempurung yang berbingkul dan beralur tak teratur, berisi 1–2 inti biji yang coklat bentuk jorong.[2]
Kegunaan
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/40/Zizip_maurit_110716-15922_Fr_sntong.jpg/180px-Zizip_maurit_110716-15922_Fr_sntong.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Buah yang muda
Bidara – buah segar
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)
2.476 kJ (592 kcal)
17 g
- Gula
5.4-10.5 g
0.60 g
0.07 g
0.8 g
81.6-83.0 g
0.02-0.024 mg (-2%)
0.02-0.038 mg (-3%)
0.7-0.873 mg (-5%)
25.6 mg (3%)
0.76-1.8 mg (-14%)
26.8 mg (4%)
[3]
Persentase merujuk kepada
rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.
Source: Sumberdata Nutrisi USDA
Buah bidara kultivar unggul diperjual belikan sebagai buah segar, untuk dimakan langsung atau dijadikan minuman segar. Di beberapa tempat, buah ini juga dikeringkan, dijadikan manisan, atau disetup. Buah muda dimakan dengan garam atau dirujak.[2] Buah dari pohon yang meliar kecil-kecil dan agak pahit rasanya[1]. Buah bidara merupakan sumber karoten, vitamin A dan C, dan lemak.[4]
Daun-daunnya yang muda dapat dijadikan sayuran. Daunnya yang tua untuk pakan ternak.[2] Rebusan daunnya diminum sebagai jamu. Daun-daun ini membusa seperti sabun apabila diremas dengan air, dan digunakan untuk memandikan orang yang sakit demam.[1] Di Jakarta, daun-daun bidara digunakan untuk memandikan mayat.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d2/Zizip_maurit_110717-16059_Fr_sntong.jpg/180px-Zizip_maurit_110717-16059_Fr_sntong.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Buah masak berjatuhan di pasir pantai
Selain daun, buah, biji, kulit kayu, dan akarnya juga berkhasiat obat, untuk membantu pencernaan dan sebagai tapal obat luka. Di Jawa, kulit kayu ini digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan; dan di Malaysia, kulit kayu yang dihaluskan dipakai sebagai obat sakit perut.[2] Kulit kayu bidara diyakini memiliki khasiat sebagai tonikum, meski tidak terlalu kuat, dan dianjurkan untuk penyakit lambung dan usus. Kulit akarnya, dicampur dengan sedikit pucuk, pulasari, dan bawang putih, diminum untuk mengatasi kencing yang nyeri dan berdarah.[1]
Kayunya berwarna kemerahan, bertekstur halus, keras, dan tahan lama. Kayu ini dijadikan barang bubutan, perkakas rumah tangga, dan peralatan lain.[2] Di Bali, kayu bidara dimanfaatkan untuk gagang kapak, pisau, pahat, dan perkakas tukang kayu lainnya.[1] Berat jenis kayu bidara berkisar antara 0,54-1,08. Kayu terasnya yang bervariasi dalam warna kuning kecokelatan, merah pucat atau cokelat hingga cokelat gelap, tidak begitu jelas terbedakan dari kayu gubal. Kayu ini dapat dikeringkan dengan baik, namun kadang-kadang sedikit pecah. Di samping penggunaan di atas, kayu bidara juga cocok digunakan untuk konstruksi, furnitur dan almari, peti pengemas, venir dan kayu lapis.[4]
Bidara menghasilkan kayu bakar yang berkualitas baik; nilai kalori dari kayu gubalnya adalah 4.900 kkal/kg. Kayu ini juga baik dijadikan arang. Ranting-rantingnya yang menjuntai mudah dipangkas dan dipanen sebagai kayu bakar.[4]
Kulit kayu dan buah bidara juga menghasilkan bahan pewarna[2]. Bahan-bahan ini menghasilkan tanin dan pewarna coklat kemerahan atau keabuan dalam air[4]. Di India, pohon bidara juga digunakan dalam pemeliharaan kutu lak; ranting-rantingnya yang terbungkus kotoran kutu lak itu dipanen untuk menghasilkan sirlak (shellac)[2].
Ekologi dan penyebaran
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/99/Ziziphus_mauritiana_ripped.jpg/180px-Ziziphus_mauritiana_ripped.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.20wmf6/skins/common/images/magnify-clip.png
Buah kultivar unggul yang diperdagangkan
Tanaman ini terutama tumbuh baik di wilayah yang memiliki musim kering yang jelas. Kualitas buahnya paling baik jika tumbuh pada lingkungan yang panas, kaya cahaya matahari, dan cukup kering; namun hendaknya mengalami musim hujan yang memadai untuk menumbuhkan ranting, daun dan bunga, serta untuk mempertahankan kelembaban tanah selama mematangkan buah. Bidara berkembang luas pada wilayah dengan curah hujan 300-500 mm pertahun. Untuk keperluan komersial, pohon bidara dapat dikembangkan hingga ketinggian 1.000 m dpl.; akan tetapi di atas ketinggian ini pertumbuhannya kurang baik.[4]
Tahan iklim kering dan penggenangan, bidara mudah beradaptasi dan kerap tumbuh meliar di lahan-lahan yang kurang terurus dan di tepi jalan. Tumbuh di pelbagai jenis tanah: laterit, tanah hitam yang berdrainase baik, tanah berpasir, tanah liat, tanah aluvial di sepanjang aliran sungai (riparian).[5]
Bidara diperkirakan memiliki asal-usul dari Asia Tengah, dan menyebar alami di wilayah yang luas mulai dari Aljazair, Tunisia, Libia, Mesir, Uganda dan Kenya di Afrika; Afganistan, Pakistan, India utara, Nepal, Bangladesh, Cina selatan, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, hingga Australia. Kini bidara telah ditanam di banyak negara di Afrika, dan juga di Madagaskar.[4] Namun yang mengembangkannya secara komersial hanyalah India, Cina, dan sedikit di Thailand[2].
Jenis serupa
Bidara acap dipertukarkan identitasnya dengan bidara cina (Ziziphus zizyphus; sinonim Z. jujuba Miller, Z. vulgaris Lamk.). Bidara yang terakhir ini dibudidayakan di Cina bagian utara.[2]
Ziziphus spina-christi, atau dikenal sebagai Christ's Thorn Jujube ("bidara mahkota duri Kristus"), tumbuh di daerah Afrika utara dan tropis serta Asia Barat, termasuk di Israel/Palestina. Diyakini merupakan bahan membuat mahkota duri yang ditaruh di kepala Yesus Kristus menjelang penyaliban-Nya.[6]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar