Senin, 07 Januari 2013

PENGANTAR BIOLOGI MODERN DAN TUMBUHAN ANGIOSPERMAE


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Tumbuhan adalah tonggak dari sebagian ekosistem terestorial atau daratan. Fotosintesis tumbuhan mendukung pertumbuhan dan pemeliharaannya sendiri, selain itu fotosintesis memberi makanan secara langsung atas secara tidak langsung kepada berbagai konsumen ekosistem, termasuk hewan. Meskipun sebagian besar mansia sekarang hidup jauh dari ekosistem alami dan lading pertanian, ketergantungan kita pada tumbuhan terlihat jelas dari papan dan kayu, pakaian, kertas, obat-obatan dan yang paling penting makanan kita.kajian mengenai tumbuhan muncul dari kemampan awal manusia untuk bisa membedakan tumbuhan yang dapat dimakan  dan tumbuhan beracun, serta untuk membuat barang-barang dari kayu dan produk lainnya dari tumbuhan.
Biologi tumbuhan modern selalu memiliki sisi pragmatisanya − misalnya, dalam penelitian yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas tanaman, tetapi kesenangan dari penemuan itu sematalah yang telah memotivasi sebagian besar para ahli tumbuhan. Biologi tumbuhan, mungkin merupakan cabang sains tertua, didorong oleh kombinasi keingintahuan dan kebutuhan, keingintahuan mengenai bagaimana tumbuhan bekerja dan kebutuhan untuk menerapkan pengetahuan isi secara cermat untuk menghasilkan makanan, pakaian, dan perumahan bagi populasi manusia yang sedang berkembang.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami ambil:
1.    Bagaimanakah pengantar biologi tumbuhan modern?
2.    Bagaimanakah tubuh angiospermae?


C.      Tujuan
Adapun tujuan yang harus dicapai dalam makalah ini, antara lain:
1.    Untuk mengetahui pengantar biologi tumbuhan modern.
2.    Untuk mengetahui tubuh angiospermae.


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pengantar Biologi Tumbuhan Modern
1.    Biologi molekuler mulai merevolusi kajian tentang tumbuhan
Biologi sedang berada dalam pertengahan masa kebangkitan kembali. Metode penelitian laboratorium dan metode penelitian lapangan baru yang dipadukan dengan pemilihan organisme percobaan yang tepat telah mengkatalisis suatu ledakan penelitian. Sebagai contoh, banyak saintis yang tertarik dengan kontrol genetik perkembangan tumbuhan menfokuskan penelitiannya pada Arabidopsis thaliana, gulma kecil yang termasuk ke dalam famili mustardi (kubi-kubisan). Arabidopsis cukup kecil untuk bisa ditumbuhkan dalam tabung reaksi, sehingga memungkinkan para peneliti untuk membudidayakan ribuan tumbuhan itu dalam beberapa meter persegi dalam ruangan laboratorium. Arabidopsis juga memiliki rentang generasi yang pendek, yaitu sekitar enam minggu, membuat tumbuhan ini menjadi model yang sangat bagus untuk kajian-kajian genetik. Para ahli biologi tumbuhan juga tertarik pada Arabidopsis karena genomnya yang sangat kecil, jumlah DNA/sel termasuk terkecil diantara semua tumbuhan yang telah diketahui. Upaya untuk mengaitkan fungsi genetik-genetik tertentu pada DNA menjadi lebih sederhana, dan ada kemungkinan para peneliti akan mampu memetakan keseluruhan genom Arabidopsis dalam tempo beberapa tahun yang akan datang. Yang sudah terjadi, para ahli biologi tumbuhan telah menemukan beberapa gen yang mengontrol perkembangan bunga dan telah mempelajari fungsi-fungsi gen tersebut.
Aplikasi biologi molekuler pada kajian perkembangan bunga hanyalah satu contoh mengenai apa yang telah menjadi daya dorong utama biologi tumbuhan modern menghubungkan proses-proses yang telah terjadi pada tingkat molekuler dan seluler dengan apa yang kita amati pada tingkat keseluruhan tumbuhan.

2.    Biologi tumbuhan mencerminkan tema utama dalam kajian tentang kehidupan
Hubungan mekanisme molekuler dan mekanisme seluler dengan biologi suatu tumbuhan sebagai suatu kesatuan organisme yang terintegrasi mencerminkan salah satu hubungan yang lebih. Suatu sistem yang hidup memiliki suatu hirarki yang terdiri dari tingkatan–tingkatan struktural, dengan sifta-sifat baru (emergent properties) yang muncul dari pengaturan dan interaksi teratur diantara bagian-bagian komponennya. oleh Suatu kuncup bungan tidak akan menjadi sebuah bunga melalui aktivitas terpisah-pisah dari ribuan selnya, akan tetapi melalui sekumpulan sinyal dan respon yang kompleks di dalam kuncup tersebut, yaitu antara kuncup dan bagian lainnya pada tumbuhan, serta antara tumbuhan dan lingkungan sekitarnya. Tema tentang sifat-sifat baru ini membantu mempertahankan para reduksionis untuk tetap menyelidiki perspektif molekul dan sel. Tema-tema biologi yang lain akan membnatu kita mempelajari tumbuhan. Struktur dan fungsi tumbuhan dibentuk oleh interaksinya dengan lingkungan pada dua skala waktu. Dalam perjalanan evolusinya yang panjang dari air ke darat, tumbuhan teradaptasi melalui seleksi alam terhadap maslah-masalah khusus yang ditimbulkan lingkungan darat. Evolusi jaringan, sperti jaringan berkayu pada pohon, yang dapat mebnatu tumbuhan melawan tarikan gravitasi hanya merupakan salah satu contohnya. Dalam jangka pendek, individu tumuhan memperlihatkan respons struktural dan fisiologis terhadap stimulus lingkungan. Contoh, bagaimana tumbuhan berespon secara struktural terhadap lingkungannya jauh melebihi respon hewan terhadap lingkungannya. Tumbuhan, sperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya, jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan air, daun-daun tersebut akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil (pori) di permukaan daun tersebut. Respon darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air dengan cara mengurangi traspirasi, hilangnya air dari daun melalui penguapan. Ketika kita menganalisis adaptasi evolusioner tumbuhan dan respon tumbuhan terhadap lingkungannya, perangkat utama kita tentunya adalah satu tema yang masuh berhubungan kolerasi antara struktur dan fungsi. Kita akan mempelahjari, misalnya, bagaimana membuka dan menutupnya stomata merupakan konsekuensi dari struktur sel penjaga yang membatasi pori-pori ini.
Dalam mengkaji struktur  dan fungsi tumbuhan, pembangdingan dengan kingdom hewan tidak dapat dihindari dan kadang-kadang sangat bermanfaat. Tumbuhan dan hewan menghadapi banyak permasalahan yang sama, yang biasa mereka hadapi dengan cara yang berbeda. Contoh, seekor gajah dan sebatang pohon kayu merah menyokong bobotnya yang besar itu di darat dengan menggunaka jenis “kerangka” yang sangat berbeda: tulang pada gajah dan dinding sel berkayu pada pohon. Pada beberapa kasus, pemecahan permasalahan yang sama pada tumbuhan dan hewan terlihat mirip. Sebagai contoh, organisme besar memerlukan sistem transpor internal untuk membawa air dan zat-zat lain pada bagian-bagian tubuh dan jaringan pembuluh telah berkembang pada hewan dan tumbuhan. Akan tetapi pada pengamatan yang lebih dekat, kita akan melihat bahwa setiap kemiripan anatomis antara tumbuhan dan hewan adalah superfisial (kelihatannya sama saja). Adaptasi yang mirip ini, dalam  kosa kata biologi adalah adaptasi analog, bukan homolog. Organisasi multiseluler tumbuhan berkembang independen terhadap organisasi multiseluler hewan, dari leluhur-leluhur uniseluler dengan pola nutrisi yang sama sekali berbeda. Perbedaan autotorofik dan heterotrofik telah menempatkan hewan dan tumbuhan pada jalur evolusi yang terpisah.
Daftar prinsip-prinsip biologi tumbuhan ini dikembangkan oleh American society of plant fhysiologist (Perhimpunan Ahli Fisiologi Tumbuhan amerika) suatu organisasi besar bagi peneliti dan pengajar.   

B.       Tubuh Angiospermae
1.    Sistem akar dan tunas merupakan adaptasi evolusioner untuk dapat hidup di darat.
Dengan sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling tersebar luas. Para ahli taksonomi membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu monokotil dan dikotil.
Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme terestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu tanah dan udara, oada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumber daya dari keduanya. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh ke dalam tanah. Solusi evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh tumbuhan menjadi dua sistem utama yaitu sistem akar (root system) dan sistem tunas (shoot system). Tidak satupun di antara kedua sistem ini yang mampu hidup tanpa ada sistem yang lainnya. Jika tumbuhan tidak memiliki kloroplas dan hidup di kegelapan, maka akan kelaparan tanpa gula dan nutrien (zat hara) dan organik lainnya yang di datangkan dari jaringan fotosintetik sistem tunas. Sebaliknya sistem tunas bergantung pada air dan mineral yang diserap dari tanah oleh akar. Jaringan vaskuler (pembuluh), yang kontinu diseluruh tubuh tumbuhan, mengangkut zat-zat antara akar dan tunas. Kedua jenis tumbuhan vaskuler tersebut adalah xilem, yang mengirim air dan mineral yang terlarut dari akar ke tunas, dan floem yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke akar dan ke bagian-bagian sistem tunas, seperti daun dan buah yang sedang berkembang.  
a.    Sistem akar
Akar menambatkan tumbuhan di tanah, menyerap mineral dan air, menghambatkan air dan nutrien, serta menyimpan makanan. Struktur akar telah diadaptasikan dengan baik sesuai dengan fungsi-fungsinya.
Banyak tumbuhan dikotil memiliki sistem akar tunggang (taproot), yang terdiri dari satu akar vertikel yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral yang lebih kecil. Akar tunggang merupakan suatu penambat yang kuat dan menembus jauh ke dalam tanah. Akar tumbuhan dari beberapa tumbuhan yang beradaptasi terhadap lingkungan kering dapat “mengambil” sumber-sumber air yang berada jauh di bawah tanah. Banyak akar tunggang, seperti wortel, lobak, dan bit gula, adalah akar yan termodifikasi untuk menyimpan cadangan makanan dalam jumlah yang banyak. Tumbuhan mengkomsumsi cadangan makanan ini ketika berbunga dan menghasilkan buah. Untuk alasan ini, tanaman berumbi dipanen sebelum tanaman itu berbunga.
Monokotil yang meliputi rumput-rumputan, umunya memiliki sistem akar serabut (fibrous root) yang terdiri dari satu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar dibawah permukaan tanah. (monoktil besar yang meliputi palem dan bambu, memiliki akar yang jauh lebih tebal−seperti tali bukan seperti benang). Sistem akar serabut menyebabkan tumbuhan tersebut mendapatkan banyak air dan mineral tanah dan menambatkan tumbuhan secara kuat ke dalam tanah. Karena sistem akarnya berkonsentrasi beberapa sentimeter di  bagian atas tanah, rumput-rumputan akan menahan lapisan atas tanah tetap berada di tempatnya dan membuat penutup tanah yang sangat bagus untuk mencegah erosi.
Meskipun keseluruhan sistem akar membantu menambatkan tumbuhan, sebagian besar penyerapan air dan mineral pada monokotil dan dikotil terjadi di dekat ujung akar, di mana sejumlah besar rambut akar (root hair) yang sangat halus itu meningkatkan luas permukaan akar tersebut. Rambut akar adalah perluasan sel-sel epidermal individu pada permukaan akar, berbeda dengan akar cabang, yang merupakan organ multiseluler. Mikorhiza, asosiasi simbiotik antara akar dan fungsi, menyebabkan lebih banyak lagi terhadap penyerapan air dan mineral dibandingkan dengan yang dilakukan oleh rambut akar pada banyak tumbuhan. Akar pada banyak tumbuhan juga memiliki bintil yang disebut nodul (bintil akar), yang mengandung bakteri simbiotik yang mengubah nitrogen atmosfer (N2) menjadi senyawa bernitrogen yang dapat digunakan oleh tumbuhan itu untuk membentuk protein molekul-molekul organik lainnya.
Selain akar yang menjulut dari dasar tanah, beberapa tumbuhan memiliki akar yang keluar dari permukaan tanah, yang berasal dari batang atau bahkan dari daun. Akar seperti itu di sebut adeventitous atau liar (bahasaq Latin, adventicius, “tidak termasuk dalam”), suatu istilah yang menjelaskan bagian tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak biasanya. Akar adventitious pada beberap tumbuhan, termasuk jagung berfungsi sebagai penyangga untuk menyokong batang yang tinggi.
b. Sistem Tunas
Sistem tunas  terdiri dari tunas vegetatif yang mengandung daun, dan tunas bunga yang akhirnya menjadi bunga. Suatu tunas vegetatif teridiri dari sebuah batang dan daun-daun yang melekat pada batang.
Batang (stem), adalah suatu sitem berselang-seling yang terdiri dari buku (node), tit di  mana dau melekat, dan ruas (internode) bagian batang diantara buku-buku. Pada sudut yang terbentuk antara masing-masing daun dan batang terdpat suati tunas aksiler (axillary bad) yang meiliki potensi untuk membentuk suatu tunas cabang. Sebagian besar tunas aksiler yang masih muda adalah dorman. Dengan demikian, pertumbuhan tunas yang masih muda umunya dipisatkan pada bagian apeksnya (ujung), di mana terdapat tunas terminal (apical dominance). Dengan memusatkan sumber daya yang dimilikinya untuk tumbuh lebih tinggi, dominansi apikal merupakan suatu adaptasi evolusioner yang meningkatkan pemaparan tumbuhan itu terhadap cahaya matahari, khususnya pada lokasi dengan vegetasi yang padat. Namun meikian, percabangan juga penting untuk meningkatkan pemaparan sistem tunas ke lingkungannya, dan pada kondisi tertentu tunas aksiler mulai tumbuh. Setelah mengakhiri masa dormansi itu, suatu tunas aksiler akan menjadi cabang vegetatif yang lengkap dengan tunas terminal, daun-daun dan tunas aksiler. Pada beberapa kasus, pertumbuhan tunas aksiler dapat di rangsang dengan cara membuang tunas terminal.
Batang yang termidifikasi dengan fungsi yang beraneka ragam telah dievolusikan pada banyak tumbuhan. Barang yang termodifikasi ini, termasuk stolon, rhizoma, umbi, dan umbi lapis.
Daun (leaf), adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi, namun pada umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade) yang pipih dan tangkai daun yang disebut petiola, yang menyambungkan daun dengan buku batang. Rumput dan banyak tumbuhan monokotil lainnyaa diketahui tidak memiliki tangkai daun; sebaliknya, tangkai daun tersebut membentuk suatu pelepah yang membengkus batang. Beberapa tumbuhan monokotil, termasuk pohon palem, memiliki tangkai daun.
Sebagian besar tumbuhan monokotil mempunyai tulang daunn utama paralel (sejajar) yang menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil memilki banyak percabangan pada tulang daun utama. Karena morfoligi daun sangat bervariasi di antara spesies tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri seperti bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang, dan pola tulang daun untuk m,embantu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tumbuhan, memperlihatkan satu variasi, daun tunggal persus daun majemuk. Meskipun sebagian daun dikhususkan untuk melakukan fotosintesis, beberapa tumbuhan memiliki daun yang telah teradaptasi melalui evolusi untuk memiliki fungsi-fungsi lainnya.

2.    Adaptasi struktural protoplas dan dinding sel memperlengkapi sel-sel tumbuhan untuk fungsi-fungsi khususnya
Yang membedakan organisme multiseluler dengan suatu koloni sel adalah adanya pembagian tugas diantara sel-sel yang berbeda struktur  dan fungsinya.
a.    Sel-sel Parenkima
Sel-sel parenkima (parenchyma cells) seringkali digambarkan sebagai sel “khas” tumbuhan. Sel-sel parenkima dewasa memiliki dinding sell primer yang relatif tipis dan lentur. Sebagian besar sel-sel parenkima tidak memiliki diding sekunder. Protoplasma umunya memiliki vokuola tengah yang besar.  
Sel-sel parenkima melakukan sebagian besar fungsi metabolik tumbuhan, mensintesis dan menyimpan berbagai produk organik. Sebagai contoh, fotosintesis terjadi di dalam kloroplas sael-sel parenkima pada daun. Beberapa sel-sel parenkima pada batang dan akar memiliki plastida yang tidak berwarna, yang menyimpan pati. Jaringan berdaging pada beberapa buah sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkima.
Semua jenis sel-sel yang sedang berkembang umumnya memiliki struktur sel parenkima yang secara umum sama sebelum selanjutnya mengalami spesialisasi struktur dan fungsi. Sel-sel yang mempertahankan kondisi yang kurang terspesialisasi untuk menjadi sel parenkima dewasa umumnya tidak mengalami pembelahan sel, akan tetapi sebagian besar sel-sel tersebut mempertahankan kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi jenis sel tumbuhan yang lain dengan kondisi tertentu−selama perbaikan dan pergantian organ setelah adanya luka pada tumbuhan yang utuh dari sel parenkima tunggal dilakukan dilaboratorium.

b. Sel-sel Kolenkima
          Sel-sel kolenkima memiliki dinding primer yang lebih tebal, meskipun dinding itu tidak menebal secara merata. Dengan berkelompok dalam untaian atau dinding sel-sel kolenkima membnatu menyokong tumbuhan yang muda. Misalnya, batang-batang muda seringkali memiliki silinder kolenkima yang tepat berada di bawah permukaannya. Karena mereka tidak memiliki dinding sekunder dan lignin yang merupakan agen pengerasan, tidak ada pada dinding primernya, sel-sel kolenkima memberikan dukungan tanpa menghambat pertumbuhan.

c. Sel-sel Sklerenkima
             Sel-sel Sklerenkima (sclerenchyma cells) juga berfungsi sebagai umur penyokong pada tumbuhan namun dengan dinding sekunder tebal yang umunya diperkuat oleh lignin. Sel-sel sklerenkima jauh lebih kaku daripada sel kolenkima. Sel sklerenkima tidak dapat memanjang, dan sel tersebut ditemuka pada bagian tumbuhan yang telah berhenti memanjang. Sel sklerenkima telah sedemikian terspesialisasi untuk menyokong tubuh tumbuhan sehingga banyak yang tidak  memiliki protoplas pada saat mencapai kematangan fungsional, yaitu tahapan dalam perkembangan sel ketika sel tersebut telah terspesialisasi untuk fungsiya tersebut. Dengan demikian, pada kematangan fungsional sbuah sel sklerenkima kemungkinan bisa mati, hanya dindingnya yang kaku itu yang berfungsi sebagai struktur penopang untuk menyokong tumbuhan.
               Kedua bentuk sel sklerenkima adalah serat (fiber) dan sklereid. Dengan bentuk yang panjang, ramping, dan titus, serat umunya terdapat dalam bentuk bundel-bundel. Beberapa serat tumbuhan digunakan secara komersial, seperti serat rami untuk membuat tali dan serat rami halus untuk dipintal menjadi linen. Sklereid lebih pendek daripada serat dan bentuknya tidak beraturan. Kulit kacang dan lapisan biji menkadi keras karena adanay sklereid, dan sklereid menyebar di anatara jaringan parenkima yang lembut sehingga tersturnya menjadi menjadi renyah seperti  pada buah pir.

d. Sel-sel Pengangkut Air pada Xilem: Trakeid dan unsur pembuluh
              unsur-unsur pengangkut pada xilem adalah sel-sel panjang  yang terdiri dari dua jenis, yaitu trakeid dan unsur pembuluhkedua jenis sel ini mati pada kematangan fungsional, akan tetapi keduanya menghasilkan dinding sekunder sebelum protoplas mati. Pada bagian tumbuhan yang masih tetap memanjang, dinding sekunder disimpan secara tidak merata dengan pola spiral atau cincin yang memungkinkan mereka meregang kembali seperti pegas ketika sel itu tumbuh. Seperti kawat yang dipakai untuk memperkuat dinding selang air untuk menyirami kebun, penebalan dinding ini memperkuat sel-sel penghantar air pada tumbuhan. Trakeid dan unsur pembuluh yang terbentuk pada bagian tumbuhan yang itdak lagi memanjang umunya memiliki dinding sekunder yang hanya diselangi oleh ceruk (pit), yaitu bagian yang lebih tipis dimana hanya terdapat dinding primer. Suatu trakeid atau unsur pembuluh menyelesaikan diferensiasinya ketika protoplasmanya hancur, sehingga meninggalkan suatu saliran yang tak hidup yang dapat dilewati oleh aliran air.
              Trakeid adalah sel panjang dan tipis dengan ujung yang runcing. Air bergerak dan mengalir dari sel ke sel terutama melalui ceruk, sehingga air tidak harus melewati dan menembus dinding sekunder yang tebal. Karena dinding sekundernya mengeras dengan lignin, trakeid berfungsi dalam penyokongan dan pengangkutan air.
               Unsur pembuluh umunya lebih besar, lebih pendek, dindingnya lebih tipis, dan kurang runcing dibandingkan dengan trakeid. Unsur pembuluh tersusun dalam bentuk ujung ke ujung, membentuk pipa mikro yang panjang, yaitu pembuluh xilem (xylem vessel). Dinding ujung dari unsur pembuluh mempunyai ferforasi, memungkinkan air mengalir secara bebas melalui pembuluh xylem.

e. Sel-Sel Pengangkut Makanan Pada Floem: Anggota Pembuluh Tipis
              Sukrosa, senyawa organik lainnya, dan beberapa ion mineral diangkut di dalam floem tumbuhan melalui pembuluh yang dibentuk oleh sel-sel yang disebut anggota pembuluh tapis. Berlawanan dengan sel-sel xylem yang mengangkut air, anggota pembuluh tapis berada dalam keadaan hidup saat kematangan fungsional, meskipun protoplasnya tidak memiiliki organel seperti nukleus, ribosomm, dan vokuola yang jelas. Pada angiosperma, dinding ujung antara anggota pembuluh tipis yang disebut lempengan tapis (steve plate) memiliki pori yang memungkinkan cairan mengalir dengan mudah dari sel-sel sepanjang pembuluh tapis.    
Sepanjangg sisi masning-masing anggota pembuluh-tapis itu  terdapat paling tidak satu sel pendamping (Companion Cell), yang dihubungkan dengan anggota pembuluh-tapis melalui plasmodesmata. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel pendamping juga membantu membuat gula yang dihasilkan di daun menuju anggota pembuluh tapis. Floem kemudian akan mengangkut gula tersebut ke bagian lain tmbuhan tersebut.

d. Sel-sel Tumbuhan diatuur menjadi system jaringan dermal, system jaringan pembuluh, dan system jaringan dasar.
Masing-masing organ mudah pada tumbuhan-daun, batang, atau akar-memiliki tiga system jaringan: system jaringan dermal.
System jaringan pembuluh (vaskuler), dan system jaringan dasar (ground). Masing-masing jaringan itu sambung menyambung diseluruh tubuh tmbuhan, meskipun karakteristik spesifik jaringan dan hubungan spasialnya satu sama lain berbeda pada organ yang berbeda dalam tumbuhan tersebut.
System jaringan demrla (demal tissue system), atauu epidermis, umumnya adalah satu lapisan tunggal sel-sel yang terbungkus rapat yang menutupi dan melindngi semua bagian muda tumbuhan. Selain berfungsi sebagai perlindungan, epidermis juga memiliki karakteristik tetap yang lebih terspesialisasi dengan fungsi organ tertentu yang dia tutpi.
System jaringan dasar adalah bagian tersebut dari semua tumbuhan muda, yang menempati ruangan antara sitem jaringan demal dan system jaringan pembuluh.


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Biologi sedang berada dalam pertengahan masa kebangkitan kembali. Metode penelitian laboratorium dan metode penelitian lapangan baru yang dipadukan dengan pemilihan organisme percobaan yang tepat telah mengkatalisis suatu ledakan penelitian. Sebagai contoh, banyak saintis yang tertarik dengan kontrol genetik perkembangan tumbuhan menfokuskan penelitiannya pada Arabidopsis thaliana, gulma kecil yang termasuk ke dalam famili mustardi (kubi-kubisan). Hubungan mekanisme molekuler dan mekanisme seluler dengan biologi suatu tumbuhan sebagai suatu kesatuan organisme yang terintegrasi mencerminkan salah satu hubungan yang lebih.
Dengan sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling tersebar luas. Para ahli taksonomi membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu monokotil dan dikotil. Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme terestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu tanah dan udara, oada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumber daya dari keduanya.

B.       Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk hal tulis menulis agar lebih berhati-hati dan saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mohon kritikan yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar