BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tumbuhan
adalah tonggak dari sebagian ekosistem terestorial atau daratan. Fotosintesis
tumbuhan mendukung pertumbuhan dan pemeliharaannya sendiri, selain itu
fotosintesis memberi makanan secara langsung atas secara tidak langsung kepada
berbagai konsumen ekosistem, termasuk hewan. Meskipun sebagian besar mansia
sekarang hidup jauh dari ekosistem alami dan lading pertanian, ketergantungan
kita pada tumbuhan terlihat jelas dari papan dan kayu, pakaian, kertas, obat-obatan
dan yang paling penting makanan kita.kajian mengenai tumbuhan muncul dari
kemampan awal manusia untuk bisa membedakan tumbuhan yang dapat dimakan dan tumbuhan beracun, serta untuk membuat
barang-barang dari kayu dan produk lainnya dari tumbuhan.
Biologi
tumbuhan modern selalu memiliki sisi pragmatisanya − misalnya, dalam penelitian
yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas tanaman, tetapi kesenangan dari
penemuan itu sematalah yang telah memotivasi sebagian besar para ahli tumbuhan.
Biologi tumbuhan, mungkin merupakan cabang sains tertua, didorong oleh
kombinasi keingintahuan dan kebutuhan, keingintahuan mengenai bagaimana
tumbuhan bekerja dan kebutuhan untuk menerapkan pengetahuan isi secara cermat
untuk menghasilkan makanan, pakaian, dan perumahan bagi populasi manusia yang
sedang berkembang.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami ambil:
1. Bagaimanakah
pengantar biologi tumbuhan modern?
2. Bagaimanakah
tubuh angiospermae?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang harus dicapai dalam makalah ini, antara lain:
1. Untuk
mengetahui pengantar biologi tumbuhan modern.
2. Untuk
mengetahui tubuh angiospermae.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengantar Biologi Tumbuhan Modern
1.
Biologi molekuler mulai merevolusi
kajian tentang tumbuhan
Biologi sedang berada dalam pertengahan masa kebangkitan kembali. Metode
penelitian laboratorium dan metode penelitian lapangan baru yang dipadukan
dengan pemilihan organisme percobaan yang tepat telah mengkatalisis suatu
ledakan penelitian. Sebagai contoh, banyak saintis yang tertarik dengan kontrol
genetik perkembangan tumbuhan menfokuskan penelitiannya pada Arabidopsis thaliana, gulma kecil yang
termasuk ke dalam famili mustardi
(kubi-kubisan). Arabidopsis cukup
kecil untuk bisa ditumbuhkan dalam tabung reaksi, sehingga memungkinkan para
peneliti untuk membudidayakan ribuan tumbuhan itu dalam beberapa meter persegi
dalam ruangan laboratorium. Arabidopsis juga
memiliki rentang generasi yang pendek, yaitu sekitar enam minggu, membuat
tumbuhan ini menjadi model yang sangat bagus untuk kajian-kajian genetik. Para
ahli biologi tumbuhan juga tertarik pada Arabidopsis
karena genomnya yang sangat kecil, jumlah DNA/sel termasuk terkecil
diantara semua tumbuhan yang telah diketahui. Upaya untuk mengaitkan fungsi genetik-genetik
tertentu pada DNA menjadi lebih sederhana, dan ada kemungkinan para peneliti
akan mampu memetakan keseluruhan genom Arabidopsis
dalam tempo beberapa tahun yang akan datang. Yang sudah terjadi, para ahli
biologi tumbuhan telah menemukan beberapa gen yang mengontrol perkembangan
bunga dan telah mempelajari fungsi-fungsi gen tersebut.
Aplikasi biologi molekuler pada kajian perkembangan bunga hanyalah satu
contoh mengenai apa yang telah menjadi daya dorong utama biologi tumbuhan modern menghubungkan proses-proses yang
telah terjadi pada tingkat molekuler dan seluler dengan apa yang kita amati
pada tingkat keseluruhan tumbuhan.
2.
Biologi tumbuhan mencerminkan tema
utama dalam kajian tentang kehidupan
Hubungan mekanisme molekuler dan mekanisme seluler dengan biologi suatu
tumbuhan sebagai suatu kesatuan organisme yang terintegrasi mencerminkan salah
satu hubungan yang lebih. Suatu sistem yang hidup memiliki suatu hirarki yang
terdiri dari tingkatan–tingkatan struktural, dengan sifta-sifat baru (emergent properties) yang muncul dari
pengaturan dan interaksi teratur diantara bagian-bagian komponennya. oleh Suatu
kuncup bungan tidak akan menjadi sebuah bunga melalui aktivitas terpisah-pisah
dari ribuan selnya, akan tetapi melalui sekumpulan sinyal dan respon yang
kompleks di dalam kuncup tersebut, yaitu antara kuncup dan bagian lainnya pada
tumbuhan, serta antara tumbuhan dan lingkungan sekitarnya. Tema tentang
sifat-sifat baru ini membantu mempertahankan para reduksionis untuk tetap
menyelidiki perspektif molekul dan sel. Tema-tema biologi yang lain akan
membnatu kita mempelajari tumbuhan. Struktur dan fungsi tumbuhan dibentuk oleh
interaksinya dengan lingkungan pada dua skala waktu. Dalam perjalanan
evolusinya yang panjang dari air ke darat, tumbuhan teradaptasi melalui seleksi
alam terhadap maslah-masalah khusus yang ditimbulkan lingkungan darat. Evolusi
jaringan, sperti jaringan berkayu pada pohon, yang dapat mebnatu tumbuhan
melawan tarikan gravitasi hanya merupakan salah satu contohnya. Dalam jangka
pendek, individu tumuhan memperlihatkan respons struktural dan fisiologis
terhadap stimulus lingkungan. Contoh, bagaimana tumbuhan berespon secara struktural terhadap lingkungannya
jauh melebihi respon hewan terhadap lingkungannya. Tumbuhan, sperti juga hewan
memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons fisiologis terhadap
perubahan jangka pendek. Misalnya, jika daun pada tumbuhan mengalami kekurangan
air, daun-daun tersebut akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil
(pori) di permukaan daun tersebut. Respon darurat ini akan membantu tumbuhan
menghemat air dengan cara mengurangi traspirasi, hilangnya air dari daun
melalui penguapan. Ketika kita menganalisis adaptasi evolusioner tumbuhan dan
respon tumbuhan terhadap lingkungannya, perangkat utama kita tentunya adalah
satu tema yang masuh berhubungan kolerasi antara struktur dan fungsi. Kita akan
mempelahjari, misalnya, bagaimana membuka dan menutupnya stomata merupakan
konsekuensi dari struktur sel penjaga yang membatasi pori-pori ini.
Dalam mengkaji struktur dan fungsi
tumbuhan, pembangdingan dengan kingdom hewan tidak dapat dihindari dan
kadang-kadang sangat bermanfaat. Tumbuhan dan hewan menghadapi banyak
permasalahan yang sama, yang biasa mereka hadapi dengan cara yang berbeda.
Contoh, seekor gajah dan sebatang pohon kayu merah menyokong bobotnya yang
besar itu di darat dengan menggunaka jenis “kerangka” yang sangat berbeda:
tulang pada gajah dan dinding sel berkayu pada pohon. Pada beberapa kasus,
pemecahan permasalahan yang sama pada tumbuhan dan hewan terlihat mirip.
Sebagai contoh, organisme besar memerlukan sistem transpor internal untuk
membawa air dan zat-zat lain pada bagian-bagian tubuh dan jaringan pembuluh
telah berkembang pada hewan dan tumbuhan. Akan tetapi pada pengamatan yang
lebih dekat, kita akan melihat bahwa setiap kemiripan anatomis antara tumbuhan
dan hewan adalah superfisial (kelihatannya sama saja). Adaptasi yang mirip ini,
dalam kosa kata biologi adalah adaptasi
analog, bukan homolog. Organisasi multiseluler tumbuhan berkembang independen
terhadap organisasi multiseluler hewan, dari leluhur-leluhur uniseluler dengan
pola nutrisi yang sama sekali berbeda. Perbedaan autotorofik dan heterotrofik
telah menempatkan hewan dan tumbuhan pada jalur evolusi yang terpisah.
Daftar prinsip-prinsip biologi tumbuhan ini dikembangkan oleh American society of plant fhysiologist (Perhimpunan
Ahli Fisiologi Tumbuhan amerika) suatu organisasi besar bagi peneliti dan
pengajar.
B. Tubuh
Angiospermae
1.
Sistem akar dan tunas merupakan
adaptasi evolusioner untuk dapat hidup di darat.
Dengan sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini
angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling
tersebar luas. Para ahli taksonomi membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu
monokotil dan dikotil.
Morfologi dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme
terestrial. Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat
berbeda, yaitu tanah dan udara, oada waktu yang bersamaan dan harus mengambil
sumber daya dari keduanya. Tanah menyediakan air dan mineral, udara merupakan
sumber utama CO2, namun cahaya tidak bisa menembus jauh ke dalam tanah. Solusi
evolusioner terhadap pemisahan sumber daya ini adalah diferensiasi tubuh
tumbuhan menjadi dua sistem utama yaitu sistem akar (root system) dan sistem tunas (shoot
system). Tidak satupun di antara kedua sistem ini yang mampu hidup tanpa
ada sistem yang lainnya. Jika tumbuhan tidak memiliki kloroplas dan hidup di
kegelapan, maka akan kelaparan tanpa gula dan nutrien (zat hara) dan organik
lainnya yang di datangkan dari jaringan fotosintetik sistem tunas. Sebaliknya
sistem tunas bergantung pada air dan mineral yang diserap dari tanah oleh akar.
Jaringan vaskuler (pembuluh), yang kontinu diseluruh tubuh tumbuhan, mengangkut
zat-zat antara akar dan tunas. Kedua jenis tumbuhan vaskuler tersebut adalah
xilem, yang mengirim air dan mineral yang terlarut dari akar ke tunas, dan
floem yang mengangkut makanan yang dibuat di daun yang sudah dewasa ke akar dan
ke bagian-bagian sistem tunas, seperti daun dan buah yang sedang berkembang.
a.
Sistem akar
Akar menambatkan tumbuhan di tanah, menyerap mineral dan air,
menghambatkan air dan nutrien, serta menyimpan makanan. Struktur akar telah
diadaptasikan dengan baik sesuai dengan fungsi-fungsinya.
Banyak tumbuhan dikotil memiliki sistem akar tunggang (taproot), yang terdiri dari satu akar
vertikel yang besar (akar tunggangnya) yang menghasilkan banyak akar lateral
yang lebih kecil. Akar tunggang merupakan suatu penambat yang kuat dan menembus
jauh ke dalam tanah. Akar tumbuhan dari beberapa tumbuhan yang beradaptasi
terhadap lingkungan kering dapat “mengambil” sumber-sumber air yang berada jauh
di bawah tanah. Banyak akar tunggang, seperti wortel, lobak, dan bit gula,
adalah akar yan termodifikasi untuk menyimpan cadangan makanan dalam jumlah
yang banyak. Tumbuhan mengkomsumsi cadangan makanan ini ketika berbunga dan
menghasilkan buah. Untuk alasan ini, tanaman berumbi dipanen sebelum tanaman
itu berbunga.
Monokotil yang meliputi rumput-rumputan, umunya memiliki sistem akar
serabut (fibrous root) yang terdiri
dari satu anyaman akar yang mirip benang, yang menyebar dibawah permukaan
tanah. (monoktil besar yang meliputi palem dan bambu, memiliki akar yang jauh
lebih tebal−seperti tali bukan seperti benang). Sistem akar serabut menyebabkan
tumbuhan tersebut mendapatkan banyak air dan mineral tanah dan menambatkan
tumbuhan secara kuat ke dalam tanah. Karena sistem akarnya berkonsentrasi
beberapa sentimeter di bagian atas
tanah, rumput-rumputan akan menahan lapisan atas tanah tetap berada di
tempatnya dan membuat penutup tanah yang sangat bagus untuk mencegah erosi.
Meskipun keseluruhan sistem akar membantu menambatkan tumbuhan, sebagian
besar penyerapan air dan mineral pada monokotil dan dikotil terjadi di dekat
ujung akar, di mana sejumlah besar rambut akar (root hair) yang sangat halus itu meningkatkan luas permukaan akar
tersebut. Rambut akar adalah perluasan sel-sel epidermal individu pada
permukaan akar, berbeda dengan akar cabang, yang merupakan organ multiseluler. Mikorhiza,
asosiasi simbiotik antara akar dan fungsi, menyebabkan lebih banyak lagi
terhadap penyerapan air dan mineral dibandingkan dengan yang dilakukan oleh
rambut akar pada banyak tumbuhan. Akar pada banyak tumbuhan juga memiliki
bintil yang disebut nodul (bintil akar), yang mengandung bakteri simbiotik yang
mengubah nitrogen atmosfer (N2) menjadi senyawa bernitrogen yang dapat digunakan
oleh tumbuhan itu untuk membentuk protein molekul-molekul organik lainnya.
Selain akar yang menjulut dari dasar tanah, beberapa tumbuhan memiliki
akar yang keluar dari permukaan tanah, yang berasal dari batang atau bahkan dari
daun. Akar seperti itu di sebut adeventitous atau liar (bahasaq Latin,
adventicius, “tidak termasuk dalam”), suatu istilah yang menjelaskan bagian
tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak biasanya. Akar adventitious pada
beberap tumbuhan, termasuk jagung berfungsi sebagai penyangga untuk menyokong
batang yang tinggi.
b. Sistem Tunas
Sistem tunas terdiri dari tunas
vegetatif yang mengandung daun, dan tunas bunga yang akhirnya menjadi bunga. Suatu
tunas vegetatif teridiri dari sebuah batang dan daun-daun yang melekat pada
batang.
Batang (stem), adalah suatu
sitem berselang-seling yang terdiri dari buku (node), tit di mana dau
melekat, dan ruas (internode) bagian
batang diantara buku-buku. Pada sudut yang terbentuk antara masing-masing daun
dan batang terdpat suati tunas aksiler (axillary
bad) yang meiliki potensi untuk membentuk suatu tunas cabang. Sebagian
besar tunas aksiler yang masih muda adalah dorman. Dengan demikian, pertumbuhan
tunas yang masih muda umunya dipisatkan pada bagian apeksnya (ujung), di mana
terdapat tunas terminal (apical dominance).
Dengan memusatkan sumber daya yang dimilikinya untuk tumbuh lebih tinggi,
dominansi apikal merupakan suatu adaptasi evolusioner yang meningkatkan
pemaparan tumbuhan itu terhadap cahaya matahari, khususnya pada lokasi dengan
vegetasi yang padat. Namun meikian, percabangan juga penting untuk meningkatkan
pemaparan sistem tunas ke lingkungannya, dan pada kondisi tertentu tunas
aksiler mulai tumbuh. Setelah mengakhiri masa dormansi itu, suatu tunas aksiler
akan menjadi cabang vegetatif yang lengkap dengan tunas terminal, daun-daun dan
tunas aksiler. Pada beberapa kasus, pertumbuhan tunas aksiler dapat di rangsang
dengan cara membuang tunas terminal.
Batang
yang termidifikasi dengan fungsi yang beraneka ragam telah dievolusikan pada
banyak tumbuhan. Barang yang termodifikasi ini, termasuk stolon, rhizoma, umbi,
dan umbi lapis.
Daun (leaf),
adalah organ fotosintesis utama pada sebagian besar tumbuhan, meskipun batang
yang berwarna hijau juga melakukan fotosintesis. Bentuk daun sangat bervariasi,
namun pada umumnya terdiri dari suatu helai daun (blade) yang pipih dan
tangkai daun yang disebut petiola, yang menyambungkan daun dengan buku batang.
Rumput dan banyak tumbuhan monokotil lainnyaa diketahui tidak memiliki tangkai
daun; sebaliknya, tangkai daun tersebut membentuk suatu pelepah yang membengkus
batang. Beberapa tumbuhan monokotil, termasuk pohon palem, memiliki tangkai
daun.
Sebagian
besar tumbuhan monokotil mempunyai tulang daunn utama paralel (sejajar) yang
menjalar sepanjang helai daun. Sebaliknya daun tumbuhan dikotil memilki banyak
percabangan pada tulang daun utama. Karena morfoligi daun sangat bervariasi di
antara spesies tumbuhan, para ahli taksonomi tumbuhan menggunakan ciri-ciri
seperti bentuk daun, pengaturan spasial daun pada batang, dan pola tulang daun
untuk m,embantu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tumbuhan,
memperlihatkan satu variasi, daun tunggal persus daun majemuk. Meskipun
sebagian daun dikhususkan untuk melakukan fotosintesis, beberapa tumbuhan
memiliki daun yang telah teradaptasi melalui evolusi untuk memiliki
fungsi-fungsi lainnya.
2. Adaptasi
struktural protoplas dan dinding sel memperlengkapi sel-sel tumbuhan untuk
fungsi-fungsi khususnya
Yang
membedakan organisme multiseluler dengan suatu koloni sel adalah adanya
pembagian tugas diantara sel-sel yang berbeda struktur dan fungsinya.
a. Sel-sel
Parenkima
Sel-sel
parenkima (parenchyma cells) seringkali digambarkan sebagai sel “khas”
tumbuhan. Sel-sel parenkima dewasa memiliki dinding sell primer yang relatif
tipis dan lentur. Sebagian besar sel-sel parenkima tidak memiliki diding
sekunder. Protoplasma umunya memiliki vokuola tengah yang besar.
Sel-sel
parenkima melakukan sebagian besar fungsi metabolik tumbuhan, mensintesis dan
menyimpan berbagai produk organik. Sebagai contoh, fotosintesis terjadi di
dalam kloroplas sael-sel parenkima pada daun. Beberapa sel-sel parenkima pada
batang dan akar memiliki plastida yang tidak berwarna, yang menyimpan pati.
Jaringan berdaging pada beberapa buah sebagian besar terdiri dari sel-sel
parenkima.
Semua
jenis sel-sel yang sedang berkembang umumnya memiliki struktur sel parenkima
yang secara umum sama sebelum selanjutnya mengalami spesialisasi struktur dan
fungsi. Sel-sel yang mempertahankan
kondisi yang kurang terspesialisasi untuk menjadi sel parenkima dewasa umumnya
tidak mengalami pembelahan sel, akan tetapi sebagian besar sel-sel tersebut
mempertahankan kemampuan untuk membelah dan berdiferensiasi menjadi jenis sel
tumbuhan yang lain dengan kondisi tertentu−selama perbaikan dan pergantian
organ setelah adanya luka pada tumbuhan yang utuh dari sel parenkima tunggal
dilakukan dilaboratorium.
b. Sel-sel Kolenkima
Sel-sel kolenkima memiliki
dinding primer yang lebih tebal, meskipun dinding itu tidak menebal secara
merata. Dengan berkelompok dalam untaian atau dinding sel-sel kolenkima
membnatu menyokong tumbuhan yang muda. Misalnya, batang-batang muda seringkali
memiliki silinder kolenkima yang tepat berada di bawah permukaannya. Karena
mereka tidak memiliki dinding sekunder dan lignin yang merupakan agen
pengerasan, tidak ada pada dinding primernya, sel-sel kolenkima memberikan
dukungan tanpa menghambat pertumbuhan.
c. Sel-sel Sklerenkima
Sel-sel Sklerenkima (sclerenchyma cells) juga berfungsi sebagai umur penyokong pada
tumbuhan namun dengan dinding sekunder tebal yang umunya diperkuat oleh lignin.
Sel-sel sklerenkima jauh lebih kaku daripada sel kolenkima. Sel sklerenkima
tidak dapat memanjang, dan sel tersebut ditemuka pada bagian tumbuhan yang
telah berhenti memanjang. Sel sklerenkima telah sedemikian terspesialisasi
untuk menyokong tubuh tumbuhan sehingga banyak yang tidak memiliki protoplas pada saat mencapai
kematangan fungsional, yaitu tahapan dalam perkembangan sel ketika sel tersebut
telah terspesialisasi untuk fungsiya tersebut. Dengan demikian, pada kematangan
fungsional sbuah sel sklerenkima kemungkinan bisa mati, hanya dindingnya yang
kaku itu yang berfungsi sebagai struktur penopang untuk menyokong tumbuhan.
Kedua bentuk sel sklerenkima adalah serat
(fiber) dan sklereid. Dengan bentuk
yang panjang, ramping, dan titus, serat umunya terdapat dalam bentuk
bundel-bundel. Beberapa serat tumbuhan digunakan secara komersial, seperti
serat rami untuk membuat tali dan serat rami halus untuk dipintal menjadi
linen. Sklereid lebih pendek daripada serat dan bentuknya tidak beraturan.
Kulit kacang dan lapisan biji menkadi keras karena adanay sklereid, dan
sklereid menyebar di anatara jaringan parenkima yang lembut sehingga tersturnya
menjadi menjadi renyah seperti pada buah
pir.
d. Sel-sel Pengangkut Air pada Xilem: Trakeid dan unsur pembuluh
unsur-unsur pengangkut pada xilem adalah
sel-sel panjang yang terdiri dari dua
jenis, yaitu trakeid dan unsur pembuluhkedua jenis sel ini mati pada kematangan
fungsional, akan tetapi keduanya menghasilkan dinding sekunder sebelum protoplas
mati. Pada bagian tumbuhan yang masih tetap memanjang, dinding sekunder
disimpan secara tidak merata dengan pola spiral atau cincin yang memungkinkan
mereka meregang kembali seperti pegas ketika sel itu tumbuh. Seperti kawat yang
dipakai untuk memperkuat dinding selang air untuk menyirami kebun, penebalan
dinding ini memperkuat sel-sel penghantar air pada tumbuhan. Trakeid dan unsur
pembuluh yang terbentuk pada bagian tumbuhan yang itdak lagi memanjang umunya
memiliki dinding sekunder yang hanya diselangi oleh ceruk (pit), yaitu bagian yang lebih tipis dimana hanya terdapat dinding
primer. Suatu trakeid atau unsur pembuluh menyelesaikan diferensiasinya ketika
protoplasmanya hancur, sehingga meninggalkan suatu saliran yang tak hidup yang
dapat dilewati oleh aliran air.
Trakeid adalah sel panjang dan tipis dengan
ujung yang runcing. Air bergerak dan mengalir dari sel ke sel terutama melalui
ceruk, sehingga air tidak harus melewati dan menembus dinding sekunder yang
tebal. Karena dinding sekundernya mengeras dengan lignin, trakeid berfungsi
dalam penyokongan dan pengangkutan air.
Unsur pembuluh umunya lebih besar, lebih
pendek, dindingnya lebih tipis, dan kurang runcing dibandingkan dengan trakeid.
Unsur pembuluh tersusun dalam bentuk ujung ke ujung, membentuk pipa mikro yang
panjang, yaitu pembuluh xilem (xylem
vessel). Dinding ujung dari unsur pembuluh mempunyai ferforasi,
memungkinkan air mengalir secara bebas melalui pembuluh xylem.
e. Sel-Sel Pengangkut Makanan Pada Floem: Anggota Pembuluh Tipis
Sukrosa, senyawa organik lainnya, dan beberapa ion mineral diangkut di dalam
floem tumbuhan melalui pembuluh yang dibentuk oleh sel-sel yang disebut anggota
pembuluh tapis. Berlawanan dengan sel-sel xylem yang mengangkut air, anggota
pembuluh tapis berada dalam keadaan hidup saat kematangan fungsional, meskipun
protoplasnya tidak memiiliki organel seperti nukleus, ribosomm, dan vokuola
yang jelas. Pada angiosperma, dinding ujung antara anggota pembuluh tipis yang
disebut lempengan tapis (steve plate)
memiliki pori yang memungkinkan cairan mengalir dengan mudah dari sel-sel
sepanjang pembuluh tapis.
Sepanjangg
sisi masning-masing anggota pembuluh-tapis itu
terdapat paling tidak satu sel pendamping (Companion Cell), yang dihubungkan dengan anggota pembuluh-tapis
melalui plasmodesmata. Pada beberapa tumbuhan, sel-sel pendamping juga membantu
membuat gula yang dihasilkan di daun menuju anggota pembuluh tapis. Floem
kemudian akan mengangkut gula tersebut ke bagian lain tmbuhan tersebut.
d. Sel-sel
Tumbuhan diatuur menjadi system jaringan dermal, system jaringan pembuluh, dan
system jaringan dasar.
Masing-masing
organ mudah pada tumbuhan-daun, batang, atau akar-memiliki tiga system
jaringan: system jaringan dermal.
System
jaringan pembuluh (vaskuler), dan system jaringan dasar (ground). Masing-masing
jaringan itu sambung menyambung diseluruh tubuh tmbuhan, meskipun karakteristik
spesifik jaringan dan hubungan spasialnya satu sama lain berbeda pada organ
yang berbeda dalam tumbuhan tersebut.
System
jaringan demrla (demal tissue system),
atauu epidermis, umumnya adalah satu lapisan tunggal sel-sel yang terbungkus
rapat yang menutupi dan melindngi semua bagian muda tumbuhan. Selain berfungsi
sebagai perlindungan, epidermis juga memiliki karakteristik tetap yang lebih
terspesialisasi dengan fungsi organ tertentu yang dia tutpi.
System
jaringan dasar adalah bagian tersebut dari semua tumbuhan muda, yang menempati
ruangan antara sitem jaringan demal dan system jaringan pembuluh.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Biologi sedang berada dalam pertengahan masa kebangkitan kembali. Metode
penelitian laboratorium dan metode penelitian lapangan baru yang dipadukan
dengan pemilihan organisme percobaan yang tepat telah mengkatalisis suatu
ledakan penelitian. Sebagai contoh, banyak saintis yang tertarik dengan kontrol
genetik perkembangan tumbuhan menfokuskan penelitiannya pada Arabidopsis thaliana, gulma kecil yang
termasuk ke dalam famili mustardi
(kubi-kubisan). Hubungan
mekanisme molekuler dan mekanisme seluler dengan biologi suatu tumbuhan sebagai
suatu kesatuan organisme yang terintegrasi mencerminkan salah satu hubungan
yang lebih.
Dengan sekitar 275.000 spesies yang telah diketahui, sejauh ini
angiosperma merupakan kelompok tumbuhan yang paling beraneka ragam dan paling
tersebar luas. Para ahli taksonomi membagi angiosperma menjadi dua kelas yaitu
monokotil dan dikotil. Morfologi
dasar tumbuhan menunjukkan sejarah evolusinya sebagai organisme terestrial.
Suatu tumbuhan darat harus menempati dua lingkungan yang sangat berbeda, yaitu
tanah dan udara, oada waktu yang bersamaan dan harus mengambil sumber daya dari
keduanya.
B.
Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca untuk hal tulis menulis agar lebih berhati-hati dan saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya mohon kritikan yang
bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar