PEMBENTUKAN
SEL REPRODUKSI SEKSUAL PADA FILUM FUNGI

Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Mikologi Yang Dibimbing Oleh
Supirawati, S.Pd

Disusun
Oleh:
RAHMAWATI.H.A
11-01-14-0190
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS SAMAWA SUMBAWA BESAR
TAHUN AKADEMIK
2011/2012
PEMBENTUKAN SEL REPRODUKSI
SEKSUAL PADA FILUM FUNGI
Jamur dapat berkembang biak dengan
cara aseksual dan seksual.
Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel (fragmentasi) dan pembentukan spora. Pembentukan spora berfungsi untuk menyebarkan spesies dalam jumlah besar.pora jamur dibedakan menjadi dua, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual membelah secara mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis. Contoh spora aseksual adalah zoospora, endospora, dan konidia.
Perkembangan secara aseksual dilakukan dengan pembelahan sel (fragmentasi) dan pembentukan spora. Pembentukan spora berfungsi untuk menyebarkan spesies dalam jumlah besar.pora jamur dibedakan menjadi dua, yaitu spora aseksual dan spora seksual. Spora aseksual membelah secara mitosis dan spora seksual membelah secara meiosis. Contoh spora aseksual adalah zoospora, endospora, dan konidia.
Perkembangbiakan secara seksual
dilakukan dengan peleburan dua sel inti yaitu melalui kontak gametangium dan
konjugasi. Kontak gametangium menyebabkan terjadinya Singami, yaitu penyatuan
sel dari dua individu. Singami terjadi dalam tiga tahap, yaitu plasmogami,
kariogami, dan meiosis. Pada tahap plasmogami, terjadi penyatuan dua protoplas
membentuk sel yang mengandung dua inti yang tidak menyatukan diri selama
pembelahan sel (stadium dikariot). Pada saat bersamaan, terjadi pula pembelahan
inti bersama. Setelah pembentukan benda buah, terjadilah peleburan sel haploid
(kariogami) inti zigot yang diploid. Setelah ini, baru terjadi meiosis, yaitu
pembelahan sel dan pengurangan jumlah kromosom menjadi haploid kembali.
Beberapa tipe spora seksual adalah
askospora, basidiospora, zigospora, dan oospora. Perkawinan jamur Ascomycota
menghasilkan askospora. Basidiospora adalah spora yang dihasilkan oleh jamur
Basidiomycota. Askospora terdapat di dalam askus dan berjumlah 8 spora,
sedangkan basidiospora terdapat di dalam basidium dan berjumlah 4 spora.
Klasifikasi fungi yang terbaru
dibedakan menjadi lima filum yaitu filum Chytridiomycota, Zygomycota,
Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota. Filum-filum ini dibedakan
berdasarkan strategi reproduksinya, morfologinya, tempat hidupnya, dan
sebagainya. (Madigan, 2009)
1.
Filum Chytridiomycota
bereproduksi dengan cara aseksual yaitu via zoospora dalam sporangium karena
dia bersifat motil dan mempunyai spora flagelata (zoospora). Pada filum ini
belum dapat diketahui reproduksi seksualnya karena keterbatasan penelitian
terhadap fungi dari filum ini. (Cappuccino, 2008) Fungi dari filum ini memiliki
miselium yang bersepta,dinding sel yang berkitin, dan banyak terdapat di tanah
dan air tawar. Contohnya pada fungi Allomyces sp dan Batrachochytrium
sp. (Madigan, 2009).
2.
Filum Zygomycota bereproduksi secara
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual melalui zoospora dalam sporangium
(fungi motil) atau melalui sporangiospora atau sporangia dalam sporangium
(fungi non motil). Sedangkan reproduksi seksual melalui pembentukkan zygospora
(fungi di habitat daratan) atau melalui pembentukkan oospora (fungi di habitat
perairan). Selain itu, fungi ini memiliki miselium nonsepta dan spora
reproduksi eksternal yang terbuka. (Cappuccino, 2008). Contohnya pada fungi Rhizopus
sp dan Encephalitozoon sp (Madigan, 2009).
3.
Filum Glomeromycota bereproduksi
aseksual dengan membentuk konidiospora di bagian tip konidiophora. Pada filum
ini belum dapat diketahui reproduksi seksualnya karena keterbatasan penelitian
terhadap fungi dari filum ini. Fungi ini memiliki miselium bersepta.
(Cappuccino, 2008) Fungi jenis ini biasanya hidup bersimbiosis dengan tumbuhan
tingkat tinggi dengan cara membentuk endomikoriza via hifa funginya dan
memproduksi arbuskula/pembuluh besar yang menembus sel-sel tumbuhan. Tujuannya
adalah untuk memudahkan penyerapan mineral dari dalam tanah. (Madigan, 2009)
4.
Filum Ascomycota bereproduksi
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan membentuk konidiospora di
bagian tip konidiophora, sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk
askospora yang berisi struktur saclike (pundi-pundi) yang disebut askus.
Fungi ini memiliki miselium bersepta. Contohnya adalah jenis-jenis fungi yeast
dan molds. (Cappuccino, 2008). Contoh lainnya adalah Saccharomyces
sp, Candida sp (berjenis fungi sel tunggal), dan Neurospora sp (berjenis
fungi berfilamen). (Madigan,2009). Fungi Fusarium venenatum
yang akan diceritakan nanti adalah salah satu contohnya.
·
Reproduksi Seksual :
1.
Mula-mula
Hifa berbeda jenis saling berdekatan.
2.
Hifa betina
akan membentuk Askogonium dan hifa jantan akan membentuk Anteridium,
masing-masing berinti haploid.
3.
Dari askogonium
akan tumbuh Trikogin yaitu saluran yang menghubungkan askogonium dan
anteridium.
4.
Melalui
trikogin anteridium pindah dan masuk ke askogonium sehingga terjadi plasmogami.
5.
Askogonium
tumbuh membentuk sejumlah hifa askogonium yang dikarion. Pertumbuhan terjadi
karena pembelahan mitosis antara inti-inti tetapi tetap berpasangan.
6.
Pada ascomycota yang memiliki badan
buah, kumpulan hifa askogonium yang
dikariotik ini membentuk jalinan kompak yang disebut Askokarp. Ujung-ujung hifa
pada askokarp membentuk askus dengan inti haploid dikariotik.
8.
Di dalam askus terdapat 8 buah
spora. Spora terbentuk
di dalam askus sehingga
disebut sporaaskus. Spora askus dapat
tersebar oleh angin. Jika jatuh di tempat yang sesuai, spora askus akan tumbuh menjadi benang hifa yang baru. Catatan: didalam askus terdapat 8
buah spora karena 2 inti diploid melakukan pembelahan meiosis menghasilkan 4 inti haploid. setiap haploid akan membelah secara mitosis sehingga setiap askus terdiri
dari 8 buah spora.
5.
Filum Basidiomycota bereproduksi
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dengan membentuk konidiospora di
bagian tip konidiophora, sedangkan reproduksi seksual dengan membentuk
basidiospora yang berada di atas permukaan luar pada basidium. Fungi ini memiliki
miselium bersepta. Cotohnya adalah jenis-jenis fungi mushrooms (fungi
makroskopis), smuts, rusts, puffballs, dan toadstools. (Cappuccino,
2008). Contoh lainnya adalah fungi Agaricus sp dan Amanita sp.
Beberapa jenis fungi ini dapat dijadikan sebagai sumber makanan, namun ada pula
jenisnya yang beracun. (Madigan,2009).
Fusarium
venenatum adalah microfungus dari fusarium genus yang memiliki
kandungan protein tinggi. Salah satu strain yang digunakan secara komersial
untuk proses produksi protein sel tunggal yang bernama mycoprotein. (Wiebe,
2002)
Fusarium
venenatum memiliki klasifikasi ilmiah sebagai berikut (Wiebe,
2002):
Kingdom : FungI
Kingdom : FungI
Filum : Ascomycota
Kelas : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Nectriaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium venenatum (Wiebe,2002)
Berikut ini
adalah karakteristik fungi Fusarium venenatum secara koloni maupun mikroskopik.
Fusarium venenatum memiliki
ciri morfologi koloni yang bersifat wooly (bermi- selium lebat) yang
berwarna merah muda atau pink. Selain itu, fungi ini juga memiliki ciri-ciri
mikroskopis yaitu terdapat spora multisel atau konidia yang berbentuk oval atau
bulan sabit dan menempel pada konidiospora yang tumbuh dari miselium bersepta
pada fungi ini. (Cappuccino, 2008) Fungi ini bereproduksi secara aseksual
dan seksual. (rinciannya ada pada cara reproduksi fungi filum Ascomycota yang
sudah dijelaskan sebelumnya pada strategi reproduksi fungi).
Sebenarnya, Fusarium graminearum yang sekarang
lebih dikenal dengan nama Fusarium venenatum adalah tahap konidial
dari fungi Ascomycote Gibberella zeae. Fungi ini ada terutama sebagai
saprobiont di tanah, meskipun ada potensi kemampuan parasit
terhadap gandum dan sereal lainnya. Ia memiliki miselium hifa yang
sempit, bercabang dan septa. Ini dasar untuk tekstur (dan karena itu ‘kenyal’)
secara alami berserat telah dimanfaatkan dalam perumusan yang analog atau mirip
dengan daging. (Yoder,1998)
Fusarium venenatum ditemukan
tumbuh di Buckinghamshire di Inggris, pada tahun 1967 oleh ICI sebagai bagian
dari upaya selama 1960-an untuk menemukan alternatif sumber makanan untuk
mengisi kesenjangan pangan yang disebabkan oleh protein penduduk dunia
yang terus bertambah . Itu adalah awalnya orang-orang salah
mengartikannya sebagai Fusarium graminearum. (Wiebe, 2002).
Fusarium venenatum A3 / 5
pertama kali dipilih untuk pengembangan sebagai protein cendawan pada akhir
tahun 1960. Hal itu dimaksudkan sebagai sumber protein untuk manusia dan
setelah 12 tahun pengujian intensif, F. venenatum A3 / 5 disetujui untuk
dijual sebagai makanan oleh Departemen Pertanian, Perikanan dan Makanan di Inggris
pada tahun 1984. Hari ini, cendawan-protein diproduksi dalam dua fermentor
150.000 l tekanan-siklus dalam suatu proses berkelanjutan yang output sekitar
300 biomassa kg / jam Proses kontinyu biasanya dioperasikan untuk sekitar 1.000
h. Salah satu faktor yang membatasi panjang produksi berjalan adalah munculnya
mutan bercabang dalam populasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi waktu
penampilan mutan tersebut dan sejumlah strategi untuk menunda penampilan mereka
telah diselidiki. Setelah pengurangan isi RNA, biomassa jamur dicampur dengan
telur albumin dan dibuat menjadi berbagai produk. Konsumsi ini dapat
menyebabkan kolesterol darah yang berkurang dan asupan energi yang lebih rendah
di makan berikutnya. Protein fungi F. venenatum sekarang digunakan dalam
produk yang tersedia di enam negara Eropa dan ada rencana untuk itu untuk
dijual di beberapa negara seperti Perancis, Amerika Serikat dan Jerman.
Strain Fusarium venenatum A3 / 5 (IMI 145425, ATCC PTA-2684) dikembangkan secara komersial oleh perusahaan Hovis ICI dan venture McDougall bersama untuk memperoleh sebuah mycoprotein digunakan sebagai makanan. Karena hifa dari jamur tersebut adalah sama panjang dan lebar serat-serat otot hewan mycoprotein digunakan sebagai alternatif untuk daging dan dipasarkan untuk vegetarian sebagai Quorn. Hal ini juga cocok sebagai pengganti lemak dalam produk susu dan pengganti sarapan sereal dalam sereal dan makanan ringan. (Wiebe, 2002)
Mycoprotein diproduksi oleh respirasi anaerobik atau fermentasi. Di Inggris Departemen Pertanian, Perikanan dan Pangan mycoprotein disetujui untuk dijual sebagai makanan pada tahun 1985. (Wiebe, 2002).
Strain Fusarium venenatum A3 / 5 (IMI 145425, ATCC PTA-2684) dikembangkan secara komersial oleh perusahaan Hovis ICI dan venture McDougall bersama untuk memperoleh sebuah mycoprotein digunakan sebagai makanan. Karena hifa dari jamur tersebut adalah sama panjang dan lebar serat-serat otot hewan mycoprotein digunakan sebagai alternatif untuk daging dan dipasarkan untuk vegetarian sebagai Quorn. Hal ini juga cocok sebagai pengganti lemak dalam produk susu dan pengganti sarapan sereal dalam sereal dan makanan ringan. (Wiebe, 2002)
Mycoprotein diproduksi oleh respirasi anaerobik atau fermentasi. Di Inggris Departemen Pertanian, Perikanan dan Pangan mycoprotein disetujui untuk dijual sebagai makanan pada tahun 1985. (Wiebe, 2002).
Proses sterilisasi dalam produksi mycoprotein dari
fungi Fusarium venenatum dijelaskan sebagai berikut : Tindakan
pencegahan yang diambil ketat untuk menghindari kontaminasi dengan organisme
yang tidak diinginkan yang akan merusak produk dan bersaing dengan Fusarium
untuk substrat. These include the initial sterilisation of the fermenter, using
steam. Ini termasuk sterilisasi awal fermentasi, dengan menggunakan uap. The
incoming nutrients are heat sterilised and a filtered air supply is used.
Nutrisi masuk disterilisasi panas dan suplai udara yang disaring digunakan.
Conditions within the fermenter are monitored by means of probes. Kondisi di
dalam fermentor tersebut dipantau dengan cara probe. Adjustments to pH,
temperature, nutrient concentration and oxygen supply can be made as required
to secure the optimum growth rate. Penyesuaian pH, konsentrasi suhu, nutrisi
dan suplai oksigen dapat dibuat seperti yang diperlukan untuk mengamankan
tingkat pertumbuhan optimal. After emerging from the fermenter, the mycoprotein
is subjected to a temperature of 65° Setelah muncul dari fermentor tersebut,
mycoprotein yang dikenakan suhu 65 ° C, a treatment which triggers the
breakdown of most of the fungal nucleic acid, the level of which would
otherwise exceed health and safety limits. C, pengobatan yang memicu rusaknya
sebagian besar asam nukleat jamur, tingkat yang tidak akan melebihi batas
kesehatan dan keselamatan.
Bahan tersebut kemudian dikeringkan di dalam alat
sentrifugasi besar. It emerges from the dryer looking rather like pastry and
has a slight mushroom-like smell. Ini muncul dari pengering tampak agak seperti
kue dan memiliki bau seperti jamur sedikit. It is then processed into food
products which usually contain added flavourings and other ingredients. Hal ini
kemudian diolah menjadi produk makanan yang biasanya mengandung bumbu ditambahkan
dan bahan lainnya. (Yoder,1998) Berikut ini kandungan gizi mycoprotein :
Constituent Unsur
|
Mass (g per 100g) Massa
(g per 100g)
|
Protein Protein
|
11.8 11.8
|
Dietary fibre Diet serat
|
4.8 4.8
|
Fat Lemak
|
3.5 3.5
|
Carbohydrate Karbohidrat
|
2.0 2.0
|
Sodium Sodium
|
0.24 0.24
|
Cholesterol Kolesterol
|
0.0 0.0
|
Water Air
|
75.0 75.0
|
Massa tersisa mencakup berbagai macam mineral dan
vitamin, terutama seng dan vitamin B 12, serta senyawa-senyawa seperti asam
nukleat. Mycoprotein yang dihasilkan dari fungi Fusarium venenatum memiliki
beberapa keuntungan yaitu: tidak ada lemak hewani keseluruhan lemak dan kecil;
kolesterol, kandungan protein yang tinggi (nilai gizi setinggi itu protein susu
skim), serat konten diet yang tinggi, dan mengandung sejumlah unsur jejak yang
berguna dan vitamin B. (Yoder,1998)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar